ANALISIS GEGURITAN Bahasa Jawa

Wednesday, November 4, 2015



ANALISIS GEGURITAN
“LUMUNTURING BUDAYA”
KARYA KI ANDANAWARIH


MAKALAH

OLEH:
DEVI AYU WULANDARI 
ELMA HASLINDA
KARTIKA ELIZABETH W.
MOHAMMAD EDIT
RIA PUSPITA RANI

KELAS: XI IPA 1
SMA NEGERI 1 MUNCAR
TAHUN AJARAN 2015/2016



PRAKATA
            Dengan memanjarkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Analisis Geguritan karya Ki Andanawarih” dengan lancar meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Terselesainya makalah sederhana ini tidak lepas dari adanya bantuan berupa buku-buku referensi serta beberapa pendapat dari internet. Oleh sebab itu penulis turut berterimakasih kepada Bapak Slamet Ari Wibowo S.Pd selaku Guru Bahasa Daerah (Jawa) yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan teman-teman yang ikut serta menyumbangkan pemikiranya demi terselesainya makalah ini.
            Penulis menyadari apa yang termuat dalam makalah ini jauh dari kata sempurna, hal itu disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis dan bahan referensi yang digunakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan serta melengkapi pembahasan dalam tulisan ini. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan memperkaya khasanah kesusastraan Jawa.
Banyuwangi, 26 September 2015


penyusun
Daftar Isi
Halaman judul.............................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar isi.....................................................................................................................iii
Bab I. Pendahuluan
1.1.   Latar belakang..........................................................................................1
1.2.   Rumusan masalah.....................................................................................1
1.3.   Tujuan penelitian......................................................................................2
1.4.   Manfaat penelitian....................................................................................2
Bab II. Tinjauan pustaka
           2.1.Pengertian geguritan..................................................................................3 
Bab III. Hasil dan Pembahasan..................................................................................4
Bab IV. Penutup
            4.1. Kesimpulan.............................................................................................7
            4.2. Saran.......................................................................................................7
Daftar pustaka............................................................................................................8



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Dalam perkembangannya, banyak persoalan yang timbul didalam pendidikan. Persoalan itu terjadi pada guru dan siswa. Persoalan yang datang dari guru seperti bagaimana guru mengondisikan keadaan kelas, bagaimana cara mengajar. Namun, persoalan yang timbul dari siswa yaitu bagaimana siswa tersebut menangkap materi yang diajarkan seperti menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Dalam pembelajaran, kususnya dalam mata pelajaran bahasa jawa, mata pelajaran tersebut banyak yang menganggapnya mudah, namun dalam relasinya merupakan pelajaran yang sangat sulit. Misalnya dalam materi geguritan, tanpa ada pembelajaran mengenai apa geguritan itu, bagaimana menulis geguritan, dan bagaimana membaca geguritan. Siswa belum mampu mengkontruksi hal tersebut. Maka diperlukan penelitian mengenai geguritan guna menambah penikmatan akan sebuah karya sastra.
            Setiap penelitian terhadap karya sastra selalu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang menarik pada karya sastra itu. Begitu pula dengan penelitian terhadap puisi “Lumuturing Budaya” karya Ki Andanawarih. Karya sastra lahir sebagai inspirasi atau imajinasi penulis ketika menyikapi gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat.
            Karya sastra harus dapat menyiratkan hal-hal yang baik dan indah, aspek kebaikan dan keindahan dalam karya sastra belumlah lengkap kalau tidak dikaitkan dengan kebenaran seperti yang telah dialami oleh penulisnya.
            Menurut Dr. Herman J. Waluyo puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya pujangga besar seperti: Mahabarata, Ramayana, Bharata Yudha dan sebagainya ditulis dalam bentuk puisi. Bentuk puisi yang paling tua adalah mantra. Di dalam mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu dimaksudkan oleh penciptanya untuk menimbulkan daya magis atau kekuatan gaib.

1.2  Rumusan Masalah
a.   Bagaiana struktur batin dalam puisi “Lumunturing Budaya karya Ki Andanawarih?
b.    Bagaimana struktur fisik dalam puisi “Lumunturing Budaya” karya Ki Andanawarih?
1.3 Tujuan Penelitian
            Setiap penelitian tentunya tidak lepas dari tujuan yang telah ditetapkan.
1.      Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kontenporer puisi yang berjugul “Lumunturing Budaya”. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi “Lumunturing Budaya” karya Ki Andanawarih.
2.      Merupakan tugas pada mata pelajaran bahasa jawa.

1.4  Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui model dari geguritan itu sendiri.
2. Mapat memberikan contoh yang mudah dalam membuat makalah.
3. Dapat menjadi tambahan bacaan dalam perpustakaan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Geguritan 
      Geguritan merupakan sastra kuno yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang bersifat anonim yaitu tanpa nama pengarang dan penulis .ini disebabkan karena pada zamanya dibuat seorang penulis tidak mau nenonjolkan diri dan karayanya dianggap milik bersama. kata geguritan dalam kamus Bali-Indonesia berasal dari kata “gurit artinya gubah, karang, sadur. Dan dalam kamus umum Indonesia dijelaskan “ geguritan itu barasal dari kata gurit artinya sajak atau syair”.sedangkan dalam kamus kawi Indonesia diungkapakan “ gurit artinya goresan ,tulisan “.
      Geguritan artinya gubahan cerita yang berbentuk tembang (pupuh). Geguritan itu adalah merupakan karya sastra yang dibangun oleh pupuh dan diikat oleh peraturan pada lingsa,yang mempunyai sistem kovensi sastra cukup ketat. sedangkan yang dimaksud dengan pupuh adalah panda lingsa dimana pada lingsa ini dapat menimbulkan melodi atau lagu yang lazim disebut dengan gending .
Parikan dan tembang macapat juga termasuk dalam geguritan gagrag anyar dan tidak terikat dengan pranatan yang telah disebutkan diatas ,dengan kata lain babas .namun harus mengunakan pemilihan kata (diksi), dan gaya bahasa (majas ). Jadi, geguritan gagrak anyar juga dinamakan cipta rasa (ekspresi jiwa) dari pengarangnya. selain itu, geguritan tersebut terkadang hanya melihat indahnya wujud atau susunannya.
      Guritan berkembang dari tembang, sehingga dikenal beberapa bentuk geguritan yang berbeda. Dalam bentuk yang awal, geguritan berwujud nyanyian yang memiliki sajak tertentu. Pengertian geguritan di jawa telah berkembang menjadi sinonim dengan puisi bebas, yaitu puisi yang tidak mengikatkan diri pada aturan yaitu bait, suku kata, dan rimanya tidak tetap.
      Geguritan merupakan salah satu perinci sastra Jawa Modern yang sangat berkembang, diajarkan di sekolah-sekolah dan kerap dilombakan.



BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN

LUMUNTURING BUDAYA
Tumetesing waspa dumlewer ing pangrasanku
Nglentrihing pandulu ginambar ing netraku
Ancluming praupan kawistara ing pasuryanku
Legeg trenyuh ginawa ing panggalihku
Amersani jaman saiki
Tumraping polah tingkahing putra lan putri
Kang wis ninggalake subasita
Nerak angger-anggering budaya
Lali ing tatakrama mbuwang sakabehing unggah-ungguh basa

Kabeh rumangsa nistha
Yen isih ngugemi pranatan budaya bangsa
Sanadyan wis jaman maju
Aja banjur dadi keliru
Crita leluhur ginubah sawiyah-wiyah
Busana owah samestine
Tetunggangan, wisma laladan rinepta beda saka asline
Apa kita wis ora ngregani budaya kita dewe?
Apa budaya kita wis ora ana ajine?
Apa budaya kita wis kadaluarsa?
Apa budaya kita wis luntur?
Pemuda pemudi jaman saiki
Unggah-ungguh basa wis diliwakake
Tata krama wis ditinggalna
Tata wicara wis ninggalake subasita
Apa sing salah sekolah
Apa sing salah ibu bapak?
Apa kabeh salah?
Nyatane budaya bangsa wis ditinggalake
Wis arep luntur amarga polahe kita dewe.
      Dalam perkembangannya di Indonesia, kita kenal berbagai jenis tipografi dan model puisi yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri-ciri struktur puisi dari jaman ke jaman dan dari periode ke periode tidak hanya ditandai oleh perbedaan struktur fisik, tetapi oleh struktur batin pula.
1.      Struktur Batin dalam puisi “Lumunturing Budaya” karya Ki Andanawarih adalah:
a.       Tema dalam puisi Lumunturing budaya adalah Sosial Budaya
b.      Suasana yang diceritakan adalah memprihatinkan
c.       Nada yang digunakan dalam puisi Lumunturing Budaya adalah nada tinggi hal itu bisa terlihat pada kata-kata dan antusiasme pengarang dalam menyikapi kenyatan yang ia lihat.
d.      Amanat yang bisa diambil dari puisi Lumunturing budaya adalah kita sebagai penerus bangsa harus bisa mempertahankan budaya ketimuran yang kita miliki serta mampu memilah-milah budaya asing yang masuk ke dalam negeri agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

2.      Struktur fisik dalam puisi “Lumunturing Budaya” karya Ki Andanawarih adalah sebagai berikut:
a.       Tipografi dalam puisi Lumunturing Budaya adalah sebagai berikut:
·         puisi ditulis rata kiri.
·         judul ditulis huruf kapital semua.
·         huruf pertama pada tiap baris ditulis dengan huruf kapital.
·         pada akhir barisnya tidak diberi titik kecuali pada kalimat terakhir.
b.      Dalam puisi Lumunturing Budaya terdapat beberapa diksi atau pemilihan kata seperti:
                  Unggah ungguh          = tata cara
                  Subasita                       = kesan
                  Panggalihku                = angan-angan
                  Panggalihku                = diriku
c.       Imaji, adalah sesuatu khayalan yang dikararang penulis sehingga seolah-olah pembaca bisa merasakan apa yang ditulis meskipun tidak sedang melakukan. Imaji dapat berupa suara, penglihatan, dan raba. Dalam puisi Lumunturing Budaya terdapat imaji seperti:
-          Tumetesing waspa dumlewer ing pangrasanku          
                  Tumretesing    = tetesnya        Dumlewer       = meleleh
                  Waspa             = air mata        Pangrasanku    = perasaanku
-          Ancluming praupan kawistara ing pasuryanku
                  Ancluming      = ekspresi        kawistara         = terlihat
                  Praupan           = wajah           pasuryanku      = wajah
d.      Tembung konkret, adalah kata yang dipilih oleh penulis yang menyebabkan terjadinya imaji. Misalnya tumetesing yang artinya tetesnya, waspa yang berarti air mata dan dumlewer yang artinya meleleh serta pangrasanku atau perasaanku.
e.       Figuratif atau majas dalam puisi Lumunturing Budaya sepeti
1.      Sinestesia yang merupakan majas yang menunjukkan pada indra, yaitu pada kalimat Ancluming praupan kawistara ing pasuryanku, kawistara  (terlihat), yang berarti indra penglihatan.
f.       Rima dalam puisi “Lumunturing Budaya” adalah  7u, 3i, 12a dan 10e




BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Geguritan merupakan sastra kuno yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang bersifat anonim yaitu tanpa nama pengarang dan penulis. Dalam geguritan terdapat stuktur batin dan struktur fisik. Struktur batin berupa tema, nada, suasana dan amanat, sedangkan struktur fisik berupa tipografi atau perwajahan puisi, diksi, imaji, tembung kongkrit, figuratif atau majas dan rima atau persamaan bunyi di akhir kalimat. Hal yang paling menonjol dalam puisi di atas adalah perasaan pengarang yang dituangkan ke dalam puisi, pegarang dengan tegas menyatakan bahwa seiring perkembangan zaman, dari waktu ke waktu, pemuda-pemudi penerus bangsa mulai melupakan budayanya., sehinnga apapun yang ada dimasa sekarang sudah berbeda dari sebelumnya.
4.2  Saran
            Sebagai siswa-siswi penerus bangsa sudah selayaknya kita memelihara budaya bangsa, setidaknya kita mampu untuk menghargainya. Dan bisakan diri kita untuk menyeleksi budaya-budaya asing yang masuk ke dalam tanah air agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Selain itu disarankan agar para sisiwa siswi senantiasa untuk membaca dan menelaah apa yang ada disekitarnya untuk mempertajam fikiran, salah satu caranya adalah dengan menelaah karya sastra yang banyak akan nilai kehidupan dan kemanusiaan.



DAFTAR PUSTAKA

Situs: